Enter your keyword

[en]ICS Day 2014: Forming Scientific Application for The Citizens Based on Environment and Agriculture[/en][id]ICS Day 2014: Bentuk Aplikasi Keilmuan Kepada Masyarakat Berbasis Lingkungan dan Pertanian[/id]

[en]ICS Day 2014: Forming Scientific Application for The Citizens Based on Environment and Agriculture[/en][id]ICS Day 2014: Bentuk Aplikasi Keilmuan Kepada Masyarakat Berbasis Lingkungan dan Pertanian[/id]

[en]ICS Day 2014: Forming Scientific Application for The Citizens Based on Environment and Agriculture[/en][id]ICS Day 2014: Bentuk Aplikasi Keilmuan Kepada Masyarakat Berbasis Lingkungan dan Pertanian[/id]

ICS-Day-Mikro

[en]
Giving contribution to the public is one of basic goals for students. There are a lot of things that can be done to reach that goal, one of them is by doing community service and development. Student union of Microbiology ‘Archaea’ ITB applied their knowledge through community service called Integrated Community Service (ICS) Day. The ICS Day had been held since September 2014 and was closed by a highlight that was held in December in Dago Pojok, Bandung.

ICS Day was a community service that focused on environmental and agricultural issues in Dago Pojok. “Dago Pojok is an area that has been widely known as creative village. Moreover, most of its residents have already had desire to concern about environmental and agricultural issues”, stated Lika Rosliana (Microbiology 2011), General Manager of ICS Day 2014 as well as chairman of Community Service Division of Archaea ITB. ICS Day gave Dago Pojok’s residents facility so that they can gain more knowledge and technology to help them achieve what they had been dreaming of. “The event is called ‘Integrated’ because it is expected that the event will provide an integrated activity between students, mothers, men, and children”, Lika added.

In September, all of ICS Day 2014 activites were initiated. This initiation is considered as an approach from Archaea ITB to the residents. “Here, we build a cooperation with Tabobo community, an urban farming community in Bandung”, said Lika. Tabobo Community had been famous for its active participation in holding beneficial events at around Dago Pojok. That is why Archaea chose this community to help them building good relation with the residents and government.

Another series of ICS Day event was the pre-event that was held in October. The pre-event of ICS Day was stuffed with teaching children and socializing vertical garden, vermikompos, and mol fertilizer to the residents. “Vermikompos utilizes worm to fertilise the land, while the mol fertilizer utilizes microorganisms from municipal waste”, said Lika. The residents in Dago Pojok used to make and sell the mol fertilizer before. However, the production was stopped because the sales was considered not to be maximal due to the dissatisfactory quality of the fertilizer. “Therefore, we plan to give them knowledge about how to make a good quality of vermikompos and mol fertilizer, so that they can upgrade the quality and selling value of the fertilizer”, Lika added.

The highlight of ICS Day 2014 presents one of the chairmen of POKJA Bandung. The attendance of the goverment’s representative was aimed to launch the ‘trash bank’. “It is expected that the government could give their concern to trash bank community in Dago Pojok”, said Lika. Besides, there were also workshop about mushroom–that was delivered by a Microbiology lecturer–making yoghurt from corn milk that was delivered by ITB alumnus who had mastered this field. “In this workshop, student unions in ITB are also invited to give their active participation”, said Lika. The event was closed by traditional games such as enggrang and kolong batok, and also cultural show like pencak silat and kecapi.

“The implementation of ICS Day 2014 is expected to build social awareness of ITB students. Therefore, they will not only focus to their academic life. Analogically speaking, if ITB is gold, then at least ITB neighborhood must be build as silver by applying various knowledge that ITB students have”, stated Lika at the end of the interview.

Source : ITB news

[/en][id]
Berkontribusi kepada masyrakat merupakan salah satu tujuan dasar bagi seorang mahasiswa. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah dengan pengabdian masyarakat. Himpuanan Mahasiswa Mikrobiologi ‘Archaea’ ITB mengaplikasikan bidang keilmuan melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang diberi nama Integrated Community Service (ICS) Day. Kegiatan ICS Day ini berlangsung sejak bulan september lalu dan ditutup dengan acara puncak yang diselenggarakan pada November lalu di Dago Pojok, Bandung.

Konsep yang dibawa dalam ICS Day ini adalah community service yang berfokus pada bidang lingkungan dan pertanian dengan daerah Dago pojok yang dijadikan sebagai target. “Dago pojok sendiri adalah daerah yang memang sudah mendapat predikat sebagai kampung kreatif. Ditambah lagi masyarakat sebagian besar masyarakat dago pojok sudah memiliki keinginan untuk peduli akan isu lingkungan dan bercocok tanam,” jelas Lika Rosliana (Mikrobiologi 2011) selaku General Manager ICS Day 2014 dan Ketua Divisi Pengabdian Masyarakat Archaea ITB. ICS Day memberikan fasilitas dalam hal pengetahuan dan teknologi untuk membantu terwujudnya keinginan masyrakat Dago Pojok tersebut. “Disebut Integrated, karena pada acara ICS Day ini diharapkan terlaksananya kegiatan yang terintergrasi antara mahasiswa, Ibu-ibu, Bapak-bapak, serta anak-anak,” tambah Lika.

Bulan September lalu adalah tahap inisiasi dari seluruh kegiatan ICS Day 2014 ini. Inisiasi ini bertujuan untuk melakukan pendekatan dari mahasiswa Archaea ITB dengan para warga. “Disini kami menjalin kerjasama dengan komunitas Taboo yang merupakan komunitas urban farming di Bandung,” jelas Lika. Komunitas Taboo ini memang sudah sering menjalani berbagai kegiatan di daerah Dago Pojok sehingga Komunitas Taboo tersebut-lah yang membantu Archaea ITB untuk menjalin hubungan dengan pemerintah beserta warga setempat.

Rangkaian ICS Day 2014 selanjutnya adalah pre-event yang diadakan pada bulan Oktober kemarin. Pre-event ICS Day ini diisi dengan mengajarkan anak-anak serta sosialisasi kepada bapak-bapak dan ibu-ibu mengenai vertical garden, vermikompos, serta pupuk mol. “Vermikompos menggunakan cacing dalam menyuburkan tanaman, sedangkan pada pupuk mol yang digunakan adalah mikroorganisme yang terdapat pada sampah dapur,” ungkap Lika. Masyarakat di Dago Pojok ini memang sudah terbiasa dengan pupuk ini, mereka biasa memproduksi pupuk dan kemudian dijual. Akan tetapi sekarang ini produksi pupuk dihentikan karena hasil penjualannya dirasa kurang maksimal akibat dari kualitas pupuk yang dihasilkan juga kurang baik. “Oleh karena itu kami berniat untuk memberikan pengetahuan bagaimana membuat pupuk vermikompos dan mol yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitas dan nilai jual dari pupuk tersebut,” tambah Lika.

Pada acara puncak ICS Day 2014 menghadirkan ketua salah satu POKJA Kota Bandung. Hadirnya perwakilan pemerintah ini ditujukkan dalam acara soft launching bank sampah. “Dengan begitu diharapkan pemerintah dapat memberikan perhatian kepada komunitas bank sampah yang ada di Dago Pojok,” jelas Lika. Selain itu diadakan pulaworkshop jamur yang diisi oleh salah satu dosen Mikrobiologi serta pembuatan yoghurt dari susu jagung oleh salah satu alumni yang sudah memiliki pengalaman khusus dibidang yoghurt ini. “Dalam workhsop ini, himpunan-himpunan di ITB turut diundang untuk berpartisipasi aktif,“ tambah Lika. Acara ditutup dengan lomba permainan tradisional, seperti enggrang dan kolong batok serta pementasan kesenian pencak silat dan kecapi.

“Dengan adanya ICS Day 2014 ini, diharapkan timbulnya kepekaan sosial dari mahasiswa ITB sehingga tidak hanya terfokus pada kegiatan akademik saja. Jika diibaratkan ITB adalah emas, maka minimal lingkungan sekitar di luar ITB harus menjadi perak melalui sumbangsih mahasiswa dengan keilmuan yang beragam,” tutup Lika.

Sumber : ITB news

[/id]

No Comments

Post a Comment

Your email address will not be published.

id_IDIndonesian
X