[en]Outstanding Student Profile : Shabrina Al Husda[/en][id]Shabrina Nida Al Husda : Profil Mahasiswa Berprestasi[/id]
[en]
By: Mandala Ajie
Translation : Tina Lusiany
Shabrina al Husda is a microbiology student class of 2013 who has a lot of achievement both in national and international level. Shabrina, as her friends call her, is an outstanding student from SITH on 2013 and on fourth rank Outstanding Student at ITB on the same year. These achievements were accomplished because of her intelligence on academic area and her success on building environment bank (bank lingkungan) at guided village Cikahuripan, Lembang. Currently, Shabrina is joining student exchange program for a full year at Kanazawa University, Japan.
Shabrina was born at November 22, 1992 at Jakarta. After completed her secondary education at SMAN 14 Jakarta, Shabrina decided to continue her study at ITB. Her passion on environment and nature-connected matter caused Shabrina to choose SITH ITB as a place for her to get her bachelor’s degree. When TPB term is over, Shabrina decided to seize Microbiology Department. She chose to enroll Microbiology Department for several reasons. First, Shabrina thinks lessons learned in microbiology are applicative and could be used for her development in the future. Second, she is interested to observed microbes which, she thinks, is quite magic like because microbes cannot be seen with bare eyes yet have a great role on nature. Her curiosity onto microscopic matters putting living things together such as DNA was also a driving reason for Shabrina to study microbiology.
During her study in microbiology, Shabrina has some applicative projects. On 2013, Shabrina and several other students from ICDC (Innovation for Community Development Center) has run Desa Inovasi Mandiri (DIM) program at Cikahuripan Village, Lembang. DIM is a program aimed to build a reference village which can be used as a model for other village in Indonesia and become a reference for other villages outside Indonesia. Development of Desa Inovasi Mandiri was conducted at four main aspects: construction of economy, health, environment, and education. Shabrina was appointed to be head of environment construction project at DIM Cikahuripan.
AS a head of environment construction project, Shabrina planned several programs at Cikahuripan Village such as Innovative Environment Bank (Bank Lingkungan Inovatif), Creative House (Rumah Kreatif), Waste Management Laboratory (Laboratorium Pengelolaan Sampah), and Bank Sampah Keliling/ Bankeling. At Innovative Environment Bank, waste and sewage of the village was processed and recycled to become useful items. Items produced by Innovative Environment Bank including handicraft from plastic waste and compost fertilizer. Innovative Environment Bank program aimed at high targets, to create a zero-waste management in Cikahuripan Village. Shabrina’s paper about Innovative Environment Bank program has helped her to achieve several awards, some of them was granted fund from Program Hibah Bina Desa in amount of 45 million rupiahs for program implementation, being a delegation at MITI Awards, participants on International University Exchange Seminar program held by ITB and Toyohashi University of Technology, and became fourth rank of ITB Outstanding Student on 2013. Cikahuripan Village guided by Shabrina and friends was visited by exchange students joining AIESEC program.
At the end of 2013, Shabrina decided to join student exchange program for a year in Kanazawa University. She joined exchange program for several reasons. First, she felt by undergoing exchange and journey to various part of the world; she could be more grateful for God’s blessing given to her. With her journey, she realized how small she is in the front of The Creator of All. Second, she wanted to extend her undergraduate (S1) study. For that reason, she endeavors to get as much experience as she can by extending her undergraduate study.
At Kanazawa University, Shabrina participated in a lecture about Japanese culture. She also has a chance to involve in a research regarding bioaerosol. Her research is done under guidance of Professor Kobayashi and the research becomes topic for her final paper, which was titled Study on Microbial Diversity of Tropospheric Bioaerosol over the Dunhuang city, China, during Asian Desert dust event, using Next Generation Sequencing Analysis and 16s rDNA Cloning Methods.
When asked about her impression during studying on Microbiology Department at ITB, Shabrina gave very inspiring answer. She said, even though undergraduate study in microbiology is really tiring, all these tiredness conquered by her amazement towards lesson and knowledge learned on courses. Though doing experiment in the laboratory for days is really tiring and time consuming, she did not regret it. A lot of experiment and classes she attended made Shabrina realize that her knowledge is still a few. So, she felt she had to dig more and more knowledge every day.
This is the story of Shabrina Nida Al Husda, Outstanding Student from ITB. Hopefully her story can inspire other students to vigorously producing and digging knowledge.
[/en][id]
Oleh : Mandala Ajie
Shabrina Nida Al Husda adalah salah seorang mahasiswi mikrobiologi angkatan 2010 yang memiliki segudang prestasi, baik di dalam maupun di luar negeri. Mahasiswi yang lebih akrab disapa Shabrina ini merupakan mahasiswa berprestasi tingkat SITH pada tahun 2013 dan peringkat keempat mahasiswa berprestasi tingkat ITB pada tahun yang sama. Prestasi tersebut dicapai berkat kepandaiannya dalam bidang akademis dan pencapaiannya dalam membangun bank lingkungan di desa binaan Cikahuripan, Lembang. Saat ini, Shabrina sedang mengikuti program student exchange selama setahun penuh di Kanazawa University, Jepang.
Shabrina lahir pada tanggal 22 November 1992 di Jakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA di SMAN 14 Jakarta, Shabrina memutuskan untuk meneruskan studinya di ITB. Rasa cintanya terhadap lingkungan dan hal-hal yang berhubungan dengan alam membuat Shabrina memilih SITH ITB sebagai tempat ia akan menimba ilmu untuk menjadi sarjana. Ketika masa TPB berakhir, Shabrina memutuskan untuk mengambil jurusan mikrobiologi. Ia memilih untuk masuk mikrobiologi karena beberapa alasan. Pertama, Shabrina merasa ilmu yang dipelajari di mikrobiologi bersifat aplikatif dan dapat ia gunakan untuk perkembangannya di masa depan. Kedua, ia merasa tertarik untuk mengamati mikroba yang agak mirip ‘hal gaib’, tidak dapat dilihat dengan mata telanjang namun memiliki peran yang besar di alam. Rasa penasarannya terhadap hal-hal mikroskopis penyusun makhluk hidup seperti DNA juga menjadi alasan pendorong Shabrina untuk mendalami ilmu mikrobiologi.
Selama menjalankan studinya di mikrobiologi, Shabrina telah menelurkan beberapa karya nyata. Pada tahun 2013, Shabrina dan beberapa mahasiswa lain dari ICDC (Innovation for Community Development Center) menjalankan program desa inovasi mandiri (DIM) di desa Cikahuripan, Lembang. DIM adalah program yang bertujuan untuk membentuk suatu desa binaan yang dapat menjadi model desa tingkat nasional di Indonesia dan dapat menjadi referensi dari desa di kelas internasional. Pembangunan desa inovasi mandiri dilakukan pada empat aspek pokok, yaitu pembangunan ekonomi, kesehatan, lingkungan, dan pendidikan. Shabrina ditunjuk menjadi kepala proyek pembangunan lingkungan dari DIM Cikahuripan.
Sebagai kepala proyek pembangunan lingkungan, Shabrina mencanangkan beberapa program di desa Cikahuripan, yaitu Bank Lingkungan Inovatif, Rumah Kreatif, Laboratorium Pengelolaan Sampah, dan Bank Sampah Keliling (Bankeling). Melalui Bank Lingkungan Inovatif, sampah dan limbah desa diolah dan didaur ulang menjadi barang-barang yang bisa digunakan. Benda-benda yang diproduksi di Bank Lingkungan Inovatif di antaranya adalah kerajinan yang dibuat dari sampah plastik dan pupuk kompos. Program Bank Lingkungan Inovatif memiliki tujuan capaian yang tinggi, yaitu untuk membentuk suatu sistem zero-waste management di lingkungan desa Cikahuripan. Karya tulis Shabrina tentang program Bank Lingkungan Inovatifnya berhasil membantu mahasiswi tersebut untuk mendapatkan beberapa penghargaan, di antaranya adalah dana hibah dari Program Hibah Bina Desa sebesar 45 juta rupiah untuk implementasi program, menjadi delegasi pada MITI Awards, partisipan dalam program International University Exchange Seminar yang diadakan oleh ITB dan Toyohashi University of Technology, dan menjadi peringkat keempat mahasiswa berprestasi tingkat ITB pada tahun 2013. Desa Cikahuripan yang dibina oleh Shabrina dan teman-temannya pun sempat dikunjungi oleh mahasiswa-mahasiswa exchange yang mengikuti program AIESEC.
Pada penghujung tahun 2013, Shabrina memutuskan untuk mengikuti program pertukaran pelajar selama setahun penuh di Kanazawa University. Ia mengikuti program exchange karena beberapa alasan. Pertama, ia merasa dengan melakukan exchange dan perjalanan ke berbagai belahan dunia, ia dapat semakin bersyukur atas karunia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengan melakukan perjalanan, ia merasa menjadi semakin sadar betapa kecilnya dia di hadapan Sang Pencipta. Kedua, ia ingin memperpanjang masa studi S-1-nya. Perpanjangan ini dilakukan karena kesempatan mencari pengalaman sangat terbuka bagi mahasiswa S-1 (undergraduate student). Karenanya, ia berusaha mendapatkan sebanyak mungkin pengalaman dengan memperpanjang masa studi sarjananya.
Di Kanazawa University, Shabrina mengikuti lecture tentang kebudayaan Jepang. Dia juga berperan menjadi researcher mengenai Bio-aerosol. Riset ini ia lakukan di bawah bimbingan Profesor Kobayashi dan riset tersebut menjadi topik untuk Tugas Akhirnya yang berjudul Study on Microbial Diversity of Trophospheric Bioaerosol over the Dunhuang city, China, during Asian Desert dust event, using Next Generation Sequencing Analysis and 16s rDNA Cloning Methods.
Ketika ditanya mengenai kesan selama kuliah di jurusan mikrobiologi ITB, Shabrina memberikan jawaban yang sangat inspiratif. Dia mengatakan, meskipun studi S-1 di mikrobiologi sangat melelahkan, seluruh keletihan itu terkalahkan oleh rasa kagumnya terhadap ilmu-ilmu yang dia pelajari di mata kuliah. Walaupun melakukan percobaan di laboratorium selama berhari-hari itu melelahkan dan menyita waktu, ia tidak merasa menyesal. Berbagai percobaan dan kelas yang dilakukan membuat Shabrina menyadari bahwa ilmunya masih sangat sedikit. Karenanya, ia merasa perlu menggali ilmu yang lebih dan lebih lagi setiap harinya.
Demikian kisah Shabrina Nida Al Husda, mahasiswa berprestasi dari Mikrobiologi ITB. Semoga kisahnya dapat menginspirasi mahasiswa-mahasiswa lain untuk semangat dalam berkarya dan terus menimba ilmu.
[/id]
No Comments